Pentingnya Ekonomi dalam Pembangunan
Mengapa persoalan di atas perlu dikemukakan secara terperinci, tidak
lain adalah agar ilmu administrasi bisnis dapat menempati perannya yang
sesuai dalam pembangunan bangsa. Kita secara jujur harus mengakui bahwa
bangsa Indonesia masih sangat lemah pada aspek ini, yakni pengembangan
jiwa entrepreneurship. Barangkali saat ini tidak sedikit orang yang
berkeinginan atau telah pula mencoba untuk menjadi usahawan. Tidak
sedikit pula di antara mereka yang sungguh-sungguh memiliki jiwa
kewirausahaan. Artinya pada level praktek, kita barangkali tidak akan
kekurangan stok entrepreneurship.
Namun, pada sisi lain, kita harus mengakui bahwa pemahaman keilmuan
mengenai hal ini secara akademis masih sangat terbatas dikembangkan di
Indonesia. Padahal tidak sedikit universitas atau akademi yang
mengajarkan administrasi bisnis. Boleh jadi persoalannya adalah pada
tataran konseptual sebagaimana diuraikan di atas. Jika perbedaan domain
antara ilmu administrasi bisnis dan manajemen tidak dipahami secara
tepat, maka tidak salah kalau konsep-konsep atau gagasan yang
dikembangkan juga akan ikut terbawa keliru. Ini adalah semacam otokritik
bagi kita bersama, yakni orang-orang yang bergerak di lapangan keilmuan
administrasi bisnis.
Dengan perangkat-perangkat keilmuan yang tidak dikembangkan dengan
proporsi yang sesuai dengan domain dari disiplin ilmu itu sendiri, akan
sulit diharapkan suatu kemajuan ilmiah dalam aplikasi praktis ilmu
administrasi bisnis itu sendiri. Pada gilirannya, kebutuhan masyarakat
akan wawasan keilmuan yang dibutuhkan untuk mendukung dunia bisnis juga
tidak terpenuhi dengan baik. Menurut Schumpeter (dalam Mintzberg et.al.,
1998: 125-8), seorang entrepreneur tidak mesti seseorang yang
menanamkan modal awal untuk membangun suatu usaha atau menemukan suatu
produk baru yang menjanjikan peluang. Seorang entrepreneur adalah orang
yang memiliki gagasan bisnis (business idea). Suatu gagasan barangkali
kelihatan remeh atau sepele, namun di tangan seorang entrepreneur ia
bisa menjadi sesuatu yang powerful, dan pada gilirannya mendatangkan
keuntungan (profitable). Dalam mengelola usaha, dia tidak dibatasi oleh
kalkulasi-kalkulasi teknis atau kuantifikasi, melainkan lebih
mengandalkan intuisi, penilaian (judgment), kebijaksanaan (wisdom),
pengalaman, dan pemahaman (insight).
Kreativitas mereka tidak dibatasi oleh cara-cara yang ada, melainkan
mampu menemukan kombinasi-kombinasi baru yang menguntungkan, yang boleh
jadi tidak dilihat orang sebelumnya. Dari penjelasan ini, kita bisa
mengatakan bahwa akan sangat terbatas sumbangan ilmu administrasi bisnis
bila ia terpaku pada aspek teknis dan pengelolaan operasional dan
manajemen keseharian organisasi. Justru pada domain inilah ilmu ekonomi
dan manajemen tidak banyak berbicara (Minztberg, 1998: 125), karena
sudah melekat pada aspek-aspek operasional yang cukup rumit dalam dunia
bisnis. Pada sisi ini, administrasi bisnis seharusnya masuk dan
memberikan kontribusinya.
Jika dilihat dari perspektif makro, yakni pembangunan sebuah negara,
maka kita tidak bisa memungkiri bahwa ekonomi merupakan tulang-punggung
yang sangat penting. Indonesia kaya akan sumberdaya alam, jumlah
penduduk, posisi geografis yang strategis di antara dua benua, dan
lain-lain. Namun, tanpa pemahaman semangat kewirausahaan yang dilandasi
oleh pengembangan keilmuan yang tepat di bidang administrasi bisnis,
maka segenap potensi tersebut tidak akan bisa termanfaatkan dengan baik.
Dan, kita cukup melihat kepada tetangga kita yang kecil, yakni
Singapura, sebagai sekedar perbandingan. Tanpa modal kekayaan alam dan
luas wilayah yang relatif sangat kecil, negara tersebut mampu
menempatkan diri di tengah-tengah persaingan global yang ketat. Bahkan
untuk aspek turisme, kita harus berkaca kepada negara ini. Tanpa modal
kekayaan panorama alam, ragam budaya, dan lain-lain yang berlimpah kita
miliki, Singapura toh tetap mampu menarik para pelancong dari berbagai
penjuru dunia.
Demikian pula untuk sektor-sektor jasa, yang mengandalkan kapasitas
sumberdaya manusia terdidik, negara ini termasuk yang paling menguasai
di wilayah Asia Tenggara. Tentu saja, ilmu administrasi bisnis bukan
satu-satunya yang patut disalahkan untuk ketertinggalan kita ini. Banyak
faktor yang berpengaruh dan dapat menjelaskan mengapa Indonesia tidak
mampu membangun tulang-punggung perekonomian yang kokoh, khususnya di
sektor riil. Akan tetapi, kita dapat mengatakan bahwa tanpa ilmu
administrasi bisnis yang dikembangkan dengan baik, maka banyak persoalan
dalam perekonomian kita yang tidak bisa terselesaikan sesuai harapan.
Artinya, ini adalah tugas penting dari ilmu administrasi. Sinergi antara
ilmu dan praktek diperlukan untuk memberikan hasil yang optimal dalam
setiap usaha atau ikhtiar, apa pun itu jenisnya. Apalagi usaha bisnis.
Segala sesuatu harus diperhitungkan secara cermat, penuh perencanaan,
dan mengandung konsekuensi langsung terhadap kelangsungan hidup
organisasi. Kombinasi antara pengembangan ilmu dan praktek bisnis sangat
diperlukan, agar potensi kewirausahaan yang ada di masyarakat mendapat
topangan yang kuat dari kajian-kajian ilmiah di bidang administrasi
bisnis. Ini sekedar untuk menggaris-bawahi, bahwa mereka yang menekuni
ilmu administrasi bisnis tidak boleh hanya terbenam pada aspek-aspek
teknikal dari manajemen pengelolaan organisasi bisnis. Harus ada wawasan
yang lebih luas, dan mampu menempatkan konsep-konsep administrasi ke
dalam konteks yang sesuai, yakni strategi dan tujuan organisasi. Dan
dibalik semua itu, adalah adanya pemahaman terhadap hakekat jiwa
kewirausahaan atau entrepreneurship sebagai tipikal kepemimpinan dalam
dunia bisnis.
Sumber : http://www.sarjanaku.com/2010/01/makalah-peran-administrasi-bisnis-dalam.html
Pentingnya Ekonomi dalam Pembangunan
Diposting oleh Unknown
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar